Mengintip Sedikit Sejarah Asia Tengah melalui Sabina Altynbekova










Pada pergelaran Kejuaraan Voli Asia,
Asian Women Volleyball U-19 Championship ke-17, pada 16-24 Juli 2014
di China Taipei lalu. Tampil sosok perempuan yang kemudian menjadi pembahasan
menarik di dunia maya, bukan karena aksi permainannya tetapi lebih pada
kecantikan dan kemolekan tubuh yang dimiliki seorang atlit bola voli asal Kazakhstan.
Namanya Sabina Altynbekova, mendadak tenar dan menjadi perbincangan di jejaring
sosial setelah salah satu user 9gag.com memposting foto-foto
aksinya di lapangan. Dengan
tubuh tinggi semampai, ditambah kecantikan wajah imut oriental dengan mata teduh
yang memesona, serasa memiliki kecantikan sempurna. Sehingga banyak komentar
dan guyonan yang muncul untuk menjadikannya sebagai kekasih dan segera menyatakan
diri sebagai penggemar. 




Gadis lajang yang baru berusia 17 tahun ini, memiliki tinggi 182 cm dan berat badan 59 kg, yang
membuat tampilannya ideal dengan wajah khas Asia. Karena menarik perhatian, akun
sosial media miliknya kebanjiran pengunjung seperti ask.fm dengan akun @AltynbekovaS, instagram dengan akun altynbekova_11 dan facebook dengan akun altynbekovas. Kebanyakan penggemar
barunya datang dari negara-negara Asia dan salah satu yang terbesar adalah dari
Indonesia. Sayang sekali kecantikannya banyak dikritik, baik oleh pelatih
maupun rekan tim volinya, karena membuatnya semakin populer dan menganggu
keseimbangan dan fokus tim. Sabina terlalu cantik hanya untuk menjadi seorang
atlit, Ia lebih cocok menjadi model, artis atau bintang iklan shampo, karena
memiliki poni dan rambut hitam yang indah.




Dilihat dari tampilan fisik Sabina
Altynbekova, dipastikan bahwa Ia memiliki ras Mongoloid Asia (Asiatic
Mongoloid)
dengan warna kulit seputih lobak, tubuh sedang dengan rambut
hitam kejur lurus, serta bentuk muka lonjong dan mata yang agak sipit. Gadis muda yang mengaku sebagai muslim dari Asia
Tengah ini, akan mengingatkan kita sejarah antara peperangan, penaklukan,
kecantikan dan kejayaan yang terjadi di wilayah yang merupakan bekas Uni Sovyet
ini. Membawa kita kembali menyusun puing-puing kejadian di masa lalu untuk membentuk
mosaik kisah yang menghantarkan kita pada masa kekinian. Menarik kebelakang
relasi antara pelaku sejarah masa lalu dengan bentukan hari ini yang pernah
menjadi bagian masa yang telah lewat. 





Beranjak ke
masa enam abad lalu atau tepatnya di masa Tamerlane
(1336-1405 M), atau juga dikenal sebagai Timur Lenk, yang adalah seorang penakluk dan penguasa
keturunan Turki-Mongol dari wilayah Asia Tengah, yang sangat terkenal pada abad
ke-14, terutama di Rusia selatan dan Persia, daerah kekuasaannya melintang dari
perbatasan Cina hingga Yunani. Kisah penaklukannnya melampaui Iskandar Agung
dan Jenghis Khan. Diceritakan pada masa tersebut sekitar tahun 1373 M terjadi
penaklukan oleh barisan tentara pimpinan Timur Lenk atas wilayah Khawarizmi (Uzbekistan) dan untuk
menghindari pembantaian, dilakukan kesepakatan dengan mengirimkan putri cantik bernama
Khan-zada untuk dinikahkan dengan putra sang penakluk Timur Lenk bernama
Jahangir. Mengirim seorang putri untuk menyelesaikan perang, dianggap sebagai penawaran
mulia karena sang putri memiliki darah kebangsawanan, kekayaan melimpah dan
juga memiliki kecantikan yang sempurna.





Ketika
dalam perjalanan menemui calon suaminya Jahangir, dengan dikawal kesatria
berkuda, rombongan Putri Khan-zada membawa begitu banyak hadiah berharga untuk
keluarga barunya. Orang-orang pada terkesimah melihat Putri Khan-zada yang
menunggangi unta dan memakai hijab sebagai bagian tradisi Islam, untuk
melindungi kecantikannya dari mata yang tidak suci. Kecantikan mereka hanya
dinikmati oleh keluarga kerajaan, tidak mengenal apakah mereka akan dinikahkan
dengan pangeran tampan atau tidak. Jadi bisa dibayangkan bahwa perempuan kadang
menjadi penyulut dan sumber motivasi perang, tetapi di saat tertentu perempuan
dapat menjadi pendamai untuk menghindari pertumpahan darah dalam perang
penaklukan. 







Sabina Altynbekova & Mongol Muslim with Central Asia Costum





Menurut
kisah tersebut para pangeran akan selalu dinikahkan dengan para putri yang
sangat cantik bagaikan houri di
surga. Houri yang dimaksudkan di sini
adalah para perawan bermata hitam memukau yang menunggu setiap lelaki muslim di
kehidupan abadi, dengan keperawanan yang diperbaharui setiap saat. Justifikasi
ini juga berasal dari Al-Quran, Kitab Allah yang telah menjadi peggangan saat
itu, diantaranya Ayat Al-Quran,”Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman, (yaitu) di dalam
taman-taman dan mata air-mata air, mereka memakai sutra halus dan sutra yang
tebal (duduk) berhadap-hadapan, demikianlah dan Kami berikan kepada mereka
haouri bermata gelap (bidadari)”
(Surah 44:51-54). Perempuan cantik
dianggap sebagai pelipur lara keduniaan dan akhirat. Bahkan di masa itu, untuk
perempuan biasa yang memiliki kecantikan menyamai putri, menjadi penting untuk dijadikan
selir, penghuni harem atau juga dijadikan sebagai penjamu minuman dalam pesta
kerajaan. Mereka dipilih dan dikumpulkan dari pelosok negeri atau juga hasil
pampasan perang dari wilayah taklukan baru. Perempuan cantik ibarat sedikit cuplikan
dari kehidupan surgawi.





Membayangkan
bahwa Sabina Altynbekova adalah Putri Khan-zada, dengan tampilan baju
kebesaran bangsawan tradisional Asia Tengah. Menggunakan barokat, sutra atau
satin dengan berbagai perhiasan lainnya, yang menambah keanggunan sebagai seorang
putri yang cantik. Senyum alami nan menawan, Sabina Altynbekova akan membuat semua lelaki merasa menjadi pangeran di
keabadian. Demikianlah garis sejarah yang menghubungkan masal lalu, kini dan
masa depan atau yang menghubungkan apa yang telah terjadi, apa yang sudah
terjadi dan sesuatu yang belum terjadi. Bukan
tidak mungkin kalau Sabina
Altynbekova adalah keturunan putri-putri cantik dari keluarga kerajaan di masa
itu, atau prajurit-prajurit Timur Lenk yang terlibat dalam perang atau mungkin
juga leluhur Sabina adalah mereka-mereka yang sempat menyelamatkan diri dari
pembantaian sang penakluk Timur Lenk. Tidak menutup kemungkinan juga Sabina adalah
titisan kecantikan dari masa lalu dan juga merupakan sebuah gambaran kehidupan
firdaus kelak sebagai seorang bidadari. (*)








Kupang, 1 Agustus 2014

©daonlontar.blogspot.com







Komentar