Novel dan Film, Karya Pamusuk Eneste




Buku
ini terbilang salah satu yang unik, dapat dinilai dari seringnya buku ini
disebut-sebut dalam artikel yang berkaitan dengan tinjauan tentang filmisasi
karya sastra dalam hal ini novel. Tak jarang buku ini juga di cari-cari hingga
ke sosial media online oleh para calon
peneliti, mahasiswa bahkan kalangan umum sebagai referensi dalam kaitan
penulisan kajian sastra tulis yang diangkat menjadi film. Namun sayang buku ini
hanya sekali dicetak dan diterbitkan pada tahun 1991 oleh Penerbit Nusa Indah,
Ende - Flores, selebihnya buku ini hanya ditemukan dalam bentuk fotocopy-an dan sudah menjadi buku langkah
yang tidak lagi ditemukan di toko-toko buku, kalaupun ada mungkin hanya ada
dibeberapa perpustakaan tertentu saja yang masih menyimpannya sebagai koleksi.






Di
sampul belakang buku ini tertulis “dari
tahun ke tahun banyak bermunculan film yang didasarkan pada novel” .... “sampai
kini sangat sukar menemukan buku yang secara khusus membahas hubungan antara
novel dengan film”
. Dan memang benar hingga kini masih sulit menemukan
bahan referensi dalam penulisan ilmiah tentang film dan novel (sastra). Buku
yang  ditulis oleh Pamusuk Eneste ini sebagian
diangkat dari skripsinya tahun 1977 pada Fakultas Sastra UI. Hal yang mendasari
keinginan penulis untuk menuliskan buku ini diantaranya adalah semakin banyak
bermunculan film-film yang didasarkan pada novel, hakikat novel dan film yang
kurang dipahami sehingga dapat memunculkan rasa ketidakpuasan baik oleh
pengarang maupun penonton terhadap film yang didasarkan pada novel. Dan masih
menurut penulis bahwa bacaan yang menghubungkan novel dan film masih langkah
serta beberapa pandangannya dalam buku ini masih dianggap aktual dan relevan
diperbincangkan hingga hari ini. Pamusuk juga telah menerbitkan puluhan buku
yang berkaitan dengan sastra.





Buku
ini terasa menambah keilmuan sastra dan film, walau masih menggunakan contoh novel
dan film dimasanya. Khususnya dalam bentuk kajian ekranisasi yang mengemuka di Indonesia
sekitar tahun 70-an. Sedangkan di Amerika sudah dimulai sejak tahun 50-an,
dengan muncul buku dengan tema novel dan film yang ditulis oleh George Bluestone berjudul Novels into Film. Namun hingga kini tak ada buku
terbitan Indonesia yang muncul kemudian sebagaimana telah dirintis oleh Pamusuk
Eneste dalam buku setebal 76 halaman ini. Dalam buku ini Pamusuk menghindari
menggunakan istilah adaptasi dari novel tetapi lebih menggunakan istilah
ekranisasi. Istilah ini berasal dari bahasa
Prancis, écran yang berarti layar.
Ekranisas berarti pemindahan novel ke layar putih atau dengan kata lain
memfilmkan novel.





Satu
kesan yang selalu kita harapkan dari sebuah film yang diadaptasi dari novel
yang telah kita baca adalah, bahwa film harus sama persis seperti apa yang
terurai dalam novel. Namun banyak hal yang kita tidak bisa pahami sebagai
penonton, seolah para pembuat film bebas mengkreasikan apa yang akan
diperlihatkan dalam film nantinya. Bahkan novel yang dijadikan film telah
kehilangan unsur keindahan sastranya yang terjebak pada plastic material visual, sehingga memanipulasi keindahan gaya
bahasa dan cara pengisahan yang lazim dijadikan kekuatan sastra dalam novel. Sebagaimana apa yang ada dalam novel penggambarannya
menggunakan media bahasa atau kata-kata, sedangkan dalam film semua itu
diwujudkan melalui gambar-gambar bergerak yang mengisahkan suatu rangkaian
cerita. Ketika kata-kata
telah menjadi sesuatu yang audio-visual.







ilustrasi: http://www.heyuguys.co.uk





Belum
lagi dengan adanya penciutan cerita dan waktu dalam durasi film yang singkat,
muncul berbagai variasi dalam film, penambahan dan atau perluasan serta pengembangan
cerita sebagai bentuk transformasi
karya sastra ke film yang menyebabkan terjadi berbagai perubahan. Namun dibalik itu saya menyukai beberapa
film yang telah saya tonton yang asalnya diangkat dari kisah novel, dan menurut
saya menjadi film yang sangat baik seperti Oliver
Twist, Life of Phi, Count of Monte Carlo,
The
Shawshank Redemption
, No Country For Old Men, Shutter
Island 
dan The Help. Sedangkan untuk film nasional seperti tampak pada film Ayat-Ayat
Cinta
, Laskar
Pelangi dan 5 Cm
. Satu film karya besar yang ditunggu-tunggu anak
negeri pecinta sastra dan film adalah kehadiran roman “Bumi Manusia” dalam
bentuk film yang pernah diupayakan tahun 2004 oleh Citra Sinema, namun sepertinya gagal dan kini sedang diupayakan lagi
oleh Miles Production sejak tahun
2009. Seperti mengena pada esensi buku ini, begitu sulitnya mengangkat karya
sastra yang terbilang masterpiece
milik Pramoedya Ananta Toer kedalam film seperti yang anda temukan dalam
pembahasan buku ini!. Sehingga adanya buku ini untuk menjawab bagaimana kesiapan
penonton menghadapi film yang tidak sesuai dengan alur dan cerita dalam novel.
(*)








Kupang, 31
Oktober 2013


©daonlontar.blogspot.com




Komentar