Di Bulan ke Empat







Waktu memang bergulir cepat, usiaku sudah empat bulan. Di
saat rambutku mulai memanjang, yang kadang suka memelintirnya di saat menyusu.
Tanganku semakin kuat mencengkram dan bisa memegang mainan-mainanku. Kuku-kuku
jemariku cepat sekali memanjang, hingga ayah ibuku harus hati-hati untuk
memotongnya menjadi pendek, karena bisa saja melukai wajahku sendiri atau menyakiti
ayah ibuku. Kini aku tidak lagi serius menghitung jari jemari tetap
ii lebih suka menguncangkannya
kuat-kuat seperti orang dewasa yang baru habis menyelesaikan pekerjaan besar.
Kini tanganku juga sudah meraih jemari kaki-kakiku, mengengam erat dan ingin
meariknya lebih kuat

lagi. Jari-jemariku
juga sudah ingin menjelajah merasakan
berbagai
tekstur
ferlak kas
ur hingga
apa yang berhasil aku raih.






Aku sudah punya tiga boneka pemberian pimpinan kantor ayahku, tetapi yang paling aku sukai adalah batal
gulingku
yang sudah ada
sejak aku lahir,
dinamai Pongky, memainkan
temalinya, mencengkramnya hingga memindah-mindahkan ke sekelilingku
. Sedangkan tiga bonekaku adalah Pingki
(besar),
sepasang Helow dan Kitty
(kecil), mereka juga sering menjadi mainanku. Diantara mainan
-mainan pertamaku, aku paling
menyukai giring-giring, jika aku menangis tanpa sebab cukup bunyi giring-giring
ini akan mendiamkanku

sejenak
.
















Dan di usiaku empat bulan ini ayah baru pertama kali mau menerima tugas
ke luar daerah, karena selama ini

Ia menolaknya agar bisa menemaniku di bulan-bulan pertamaku. Sehingga aku
ditinggalkan ayah untuk pertama kalinya selama
empat hari.
Juga untuk pertama kali aku menerima imunisai DPT, yang sempat membuatku selama dua
hari merasa
tidak
nyaman karena panas dan hampir tidak tertidur. Air mata bercucuran dengan
tangisan sedih
, menjadi lebih rewel dan tentunya membuat orang
tua menjadi pani
k.





Di
bulan inilah momen aku untuk pertama kalinya belajar
berguling, dimul
ai dengan
bantuan orang tua
agar aku
bisa tengkurap
, hingga
aku bisa tengkurap dengan sendirinya
.
Aku kini dapat memberikan senyuman yang paling lebar dan bisa tertawa berulang-ulang di
waktu yang sama, jika ada hal-hal lucu yang dibuat oleh ayah dan ibuku. Aku juga bila diperlihatkan di depan cermin, aku akan serius melihat rupaku
sambil terus tertawa
dengan
gemas. Kadang juga ketika aku didekatkan
dengan kelender bargambar bayi
, akupun
tertawa
gemas seolah-olah
itu adalah kawan seusia
ku.





Saat ini fungsi
kelenjar keringa
tku belum
maksimal berfungsi
sehingga
kakiku kadang sering berkeringat. Satu hal
lagi adalah kebiasaan menjerit-jerit yang terlihat lucu seperti ada sesuatu
yang ingin disampaikan. Tak berselang lama kebiasaan ini aku tinggalkan.
(*)





Kupang, 26 Mei 2016




©daonlontar.blogspot.com

Komentar