13 Bulan Usiaku




Sudah 1 tahun 1
bulan usiaku dan aku sudah mempunyai kemampuan bicara di atas rata-rata anak
seusiaku. Bahkan aku sudah mengulang secara spontan kata-kata yang diujar oleh
kedua orangtuaku, dan bahkan menyambung apa yang sedang disampaikan oleh kedua
orangtuaku dengan kata-kata yang matching.
Kata-kata yang sering aku ucapkan adalah kata-kata seru seperti, appa tu, appa ni, appa ta, yang sepintas
serasa menjadi kata tanya. Selain itu ada kata-kata yang baru dan paling sering
aku ucapkan adalah betabay, manna manna, badabaah,
imaahh, imay, baahh, imiih, heistss
(ujaran mengusir kucing “ucil” yang
ingin masuk ruangan) dan ada juga kata seru andalanku batjaaaaa!!, yang disampaikan secara kaget-kagetan. Kadang aku
terlihat juga bermain sendiri sambil berkata-kata layaknya penyair.






Rasa senang dengan youtube begitu tinggi, muncul juga
kekuatiran orangtuaku bila tontonan itu akan menganggu kosentrasi dan kehidupan
sosialku kelak. Kabar baiknya diusiaku saat ini, tidak
lagi rewel seperti di bulan-bulan sebelumnya, dengan gigi yang sudah delapan buah empat di atas dan empat di bawah, aku sudah teramat
percaya diri tersenyum lebar dan tertawa manja. Kurangnya adalah pada
usiaku ini, masih ada saja
orang yang melihat aku dan mengodaku
ganteng, ada juga yang
menilai dari pakaian
unisex yang
terlihat maskulin,
pada hal aku sangatlah cantik hehehe. Di saat ini aku sudah terlampau mengerti apa yang ditonton
di televisi, suatu ketika ada edisi yang bercerita tentang kucing-kucing lucu,
aku terus tertawa kegirangan selama tayangan yang berlangsung sekitar 7 menit
itu. Begitupun kala aku sedang menonton komedian Rina Nose di televisi, aku
juga tertawa lucu sesuai denga celutukan artis perempuan itu.







belajar berdiri sempurna sambil menunggu





Di bulan ini, ibuku kedatangan
tamu teman perempuannya, kebetulan ada anak laki-lakinya berusia 2 tahun,
namanya Fatin. Awal mulanya aku terlihat jaim tapi berlahan-lahan aku akrabi
seolah ia adalah saudaraku. Ini juga menunjukkan bahwa aku sudah senang bertemu
dengan teman sebaya. Di waktu lain aku dan ibu datang ke rumah Fatin, membalas
kunjungan. Di waktu bersamaan sudah ada rasa malu bagiku, ketika
melihat orang lain atau lagi berkunjung ke sebuah tempat yang belum femilier dan cenderung takut.





Sedari kecil aku
memang sudah suka memilih benda-benda kecil dan memasukan ke dalam mulutku,
yang tentunya selalu dalam pengawasan kedua orangtuaku. Sering aku tertangkap
tangan sedang memungut dan memasukkan ke dalam mulut butiran nasi yang telah
kering yang ada di lantai dan sudut-sudut meja. Dan hingga kini aku suka makan
sesuatu dengan cara memungut sabiji demi sebiji nasi yang ada di piring atau
terjatuh di luar piring. Bahkan dengan cara demikian, aku sangat menyukai makan
sendirian atau makan dari piring makan ayah atau ibu. Tidak hanya itu, aku juga
selalu menyuap apa yang aku ambil ke dalam mulut ayah dan ibu dan lucunya juga,
apa yang telah ada dalam mulutku, ku bagi ke kedua orang tuaku. Disinilah kelihatan
jiwa sosialku. Memang kadang makanan yang aku dapatkan aku suapkan kembali  kepada kedua orangtuaku, dan juga mungkin
kepada orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa aku orang yang suka berbagi. Aku
juga untuk saat ini sudah bisa menghabiskan satu hingga dua pentolan bakso,
sepotong gorengan pisang hingga sepotong ayam goreng.







pertama kali belajar makan sendiri







sabtu bersama bapak, jalan-jalan





Saat selera makanku
menurun biasanya dengan mencampur daging atau udang, nafsu makanku dapat
meningkat kembali. Dan satu hal lagi, entah karena mewarisi gen ibu atau juga
pengaruh ibu yang suka makan pedas di saat mengandung diriku, aku kini suka
makan juga sesuatu yang pedas, makan nasi goreng pedas misalnya. Jadi walau
sekali makan sesuatu yang pedas membuat aku menangis. Namun itu hanya sementara,
karena setelah minum air maka aku akan kembali meminta makanan yang pedas itu
lagi dan lagi.





Di musim inilah
terjadi penghujan teramat sangat, seperti masa setahun
yang lalu ketika aku baru dilahirkan, pakaian berlusin dari sepasang baju bayi,
loyor hingga handuk yang harus disetrika hingga kering. Alhamdulilah aku masih
beradaptasi dengan lingkungan di saat anak-anak sebayaku banyak yang sakit.
Salah satu yang meningkatkan kekebalan tubuh tentunya ASI yang memadai.
Permaiananku hari-hari adalah membongkar mainan dalam kantong dan bokor,
mengeluarkan dan kemudian memasukkan kembali. Aktivitasku juga adalah mencari benda-benda kecil di kolong kursi, meja bahkan hingga
keranjang pakaian, ingin melihat celah-celah terkecil dari perabotan rumah,
kemampuan ini bahkan hingga bisa menemukan benda-benda yang sebelumnya
dinyatakan hilang. Kemudian juga aku sangat interest
dengan isi lemari pakaian, isi dompet ibu dan ayah hingga tas kerja ayah, aku
ingin mengeluarkan apa yang ada didalamnya, ingin mengetahui isinya, memainkan
kartu-kartu hingga lembaran uang. Karena bagaimanapun dan apapun sesuatu yang baru pertama kali dilihat selalu menarik.







sedang makan cemilan





Aku memang sedang
belajar, dan salah satunya adalah meniru prilaku kedua orang tuaku, seperti
mencoba mengorek kuping dengan cottonbud,
memakai kaus kakiku sendirian, bahkan ingin mengunting kuku jamari kaki
sendirian. Selain gestrure menjentikkan jari, aku juga sudah tahu cara melepas
kepergian seseorang dengan daag!,
sambil tangan yang terus melambai, hal ini rutin dilakukan ketika mengantar
ayah pergi ke kantor.





Di bulan ini ada
kemajuan cara berjalanku, ketika aku sudah mampu berdiri 2,5 menit dan dapat berjalan hingga tiga langkah ke depan, aku
biasanya mulai berdiri di depan tivi hingga berdiri di
halaman
.
Demikian juga dengan cara tidur yang memakan hampir setengah luas tempat tidur,
sedangkan kedua orangtuaku berbagi dari setengah itu. Gaya tidurku layaknya tanda bintang berputar. Kini tinggi sudah
mencapai 75 centimeter dan berat badan 9,3 kilogram, berikut adalah berat
badanku dari bulan ke bulan, yaitu bulan 0) 3,2 kilogram, 1) 4,0 kilogram, 2)
4,5 kilogram, 3) 5,6 kilogram, 4) 6,1 kilogram, 5) 6,7 kilogram, 6) 7,4
kilogram, 7) 7,4 kilogram, 8) 8,2 kilogram, 9) 8,6 kilogram, 10) 8,8 kilogram,
11) 9,0 kilogram dan 12) 9,3 kilogram.







wajah baru bangun tidur





Kelakuan umumnya
bayi ketika menyusu yaitu sambil berekspolorasi di wajah ibu, mulai dari mata,
mulut, hidung, telinga hingga tahi lalat ibu di pipi menjadi sarana eksplorasi
yang sudah dilakukan sejak bulan-bulan awal. Dan kini bentuk eksplorasi baru
adalah langsung melihat pusar sendiri, selepas menyusu, seolah ingin mencari
hubungan antara menyusu dengan pusar, bahkan juga ingin membandingkan antara
pusar ibu atau ayah dengan pusar sendiri.







Aku bisa begitu
menyayangi ayah dengan sering menganggunya, memanjat hingga mengigit tubuh ayah,
aku selalu memanggil ayah… ayah… ayah…
dengan suara yang lembut. Suatu waktu aku berkomunikasi suara via Whatsapp 
dengan ayah, begitu akrab dengan cerewetnya diriku menyampaikan
semua hal yang terjadi dengan bahasaku sendiri. Namun di sisi lain kadang aku
marah besar terhadap ayah, jika sesuatu yang aku inginkan tidak diberi, aku memukul, meremas tangan ayah bahkan menghajar
jemari ayah. Begitulah sisi emosionalku, aku bisa membuang barang subtitusi dari benda yang aku inginkan, karena
bukan itu yang aku maksudkan. Dan bila yang dikehendaki ada atau dikabulkan, maka demikian tawa yang hadir atau rasa kemenangan yang ada.





Selain itu masih
banyak kejadian yang terjadi di bulan ini. Seperti terkena cabe di mata dan wajah, menelan minyak telon dari botolnya, memasukan sabun detergen dalam bak mandi, sudah ada rasa
takut melihat ulat-ulat musim penghujan di lantai. Makan
langsung nasi dari ricecooker, mulai
memanjat lemari dan menaiki meja, ingin menyapu dengan menggunakan sapu lidi
dan sapu rumah. Ingin keluar rumah dan ingin bergaul dengan tetangga dan
kucing, dan lain sebagainya bagian dari ulahku.


Demikianlah hari
demi hari apa yang telah aku lalui dan jalani, di saat waktu berlalu aku
semakin bertumbuh, banyak hal yang aku akan lupakan dan mencatat adalah bagian
dari aku bisa mengenang masa keemasanku!. (*)





Kupang, 26 Februari 2016


©daonlontar.blogspot.com




Komentar