Upacara Perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1960 di SoE - Timor Tengah Selatan

















Upacara kemerdekaan Republik Indonesia pertama kali
digelar pada tanggal 17 Agustus 1945, dikediaman Soekarno,
Jalan
Pengangsaan Timur 56, Jakarta. Kegiatan berupa pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, kenaikan bendera dan nyanyian lagu Indonesia Raya telah menjadi tradisi yang hingga kini terus dirayakan setiap
tahunnya di seluruh penjuru tanah air. Saat ini upacara peringatan
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia digelar di 3 tempat, yakni tingkat
Kabupaten/Kota (Kantor Bupati/Walikota), Provinsi (Kantor Gubernur), dan
Nasional (Istana Negara).







Timor
Tengah Selatan sebagai Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang terbentuk
melalui Undang-Undang Nomor 69 tahun 1958, tentang Pembentukan Daerah-daerah
Tingkat II dalam wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur. Setiap tahunnya juga menggelar upacara peringatan
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Salah satu perayaan itu sempat
didokumentasikan oleh Colville
Crowe yang adalah seorang misionaris Australia yang dipekerjakan oleh Methodist Chuch of Australia antara tahun
1956 hingga 1961 di SoE, Timor Barat. Momen perayaan kemerdekaan di SoE tahun
1960, yang diabadikan dalam 3 foto ini sejak tahun 2010 telah di hibahkan ke Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-en Volkenkunde
(KITLV).


















Pada
foto koleksi Colville Crowe itu masih
memperlihatkan kesederhanaan dalam perayaan kemerdekaan RI, namun tanpa
melupakan urgensi dan semangat perayaan tersebut yang ditandai dengan suasana
khidmat dan semarak bendera-bendera kecil yang dikibarkan oleh peserta upacara yang
kebanyakan adalah anak-anak dan remaja. Jika dilihat dari waktu dan saksi
sejarah yang adalah anak-anak dan remaja dalam foto ini, maka dipastikan banyak
dari mereka masih hidup, yang kini telah berusia sekitar 60 hingga 70-an tahun.
Sungguh telah menjadi sebuah kenangan tentunya.






Upacara perayaan
kemerdekaan RI di SoE pada tahun 1960 itu, terjadi tepat pada masa peralihan Swapraja menjadi
Kabupaten (1958-1960) atau lebih tepatnya 54 tahun yang lalu. Jauh sebelum
terbentuknya organisasi dan istilah Pasukan
Pengibar Bendera Pusaka
(Paskibraka) pada tahun 1968, yang bertugas sebagai
pengibar bendera pada upacara peringatan proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia. Sejak tahun 1969, anggotanya ditentukan berasal dari pelajar SLTA se-tanah
air Indonesia yang merupakan utusan dari seleksi setiap sekolah untuk tingkat
kabupaten/kota, tiap kabupaten/kota untuk tingkat provinsi dan tiap provinsi
untuk tingkat nasional, dan tiap utusan untuk provinsi dan nasional diwakili
oleh sepasang remaja. 






Gagasan
pembentukan Paskibraka
ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 1946, tepat satu tahun perayaan kemerdekaan.
Bahwa pengibaran bendera pusaka seharusnya dilakukan oleh para pemuda dari
seluruh penjuru Tanah Air, sebagai simbol keterwakilan generasi penerus
perjuangan bangsa dari setiap daerah. Baru setelah di akhir tahun 60-an, ide tersebut
terlaksana, dengan konsep yang seperti saat ini dilaksanakan. Dalam formasi
pengibaran yang menjadi 3 kelompok dan dinamai sesuai dengan jumlah anggotanya,
yaitu: Kelompok 17 sebagai pengiring (pemandu), Kelompok 8 sebagai pembawa
(inti), dan Kelompok 45 sebagai pengawal, sehingga sesuai dengan format tanggal
Proklamasi kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945. (*)















Kupang, 17 Agustus 2014

©daonlontar.blogspot.com










Komentar