Alhamdulillah! Umurku sudah dua bulan











Kini umurku sudah dua bulan, aku semakin
bertumbuh. Pusarku juga sudah mengering. Karena lama mengering banyak teman-teman ayah
yang mengatakan aku akan menjadi anak yang hemat, pandai mengelola keuangan dan
anak yang pandai menjaga barang-barang miliknya. Sekarang juga tidurku sudah
mengikuti jadwal tidur ayah dan ibuku, aku bisa tertidur lelap bersama
istirahat malamnya kedua orang tuaku. Sekarang aku sedang berada di rumah oma,
dan inilah liburan aku yang pertama mengunjungi oma dan tente dari ayahku.





Aku telah mampu mengangkat kedua kaki hingga 50 derajat, aku semakin aktif
menggerakkan kedua kaki dan tanganku, menoleh ke kiri dan ke kanan. Penglihatanku
mulai sempurna dan bahkan gerak mataku sudah mengikuti ayah atau ibu yang
berpindah tempat. Aku semakin tidak betah berlama-lama tidur terlentang, ingin
ku segera memutar tubuh dan tengkurap, aku sering menghentak punggungku
terlebih ketika aku sangat kegirangan atau bangun tidur, tak jarang aku sudah
bergeser dari tempat tidurku semula. Ada hal lucu bagi kedua orang tuaku yaitu
saat aku bangun tidur, ada kalanya aku hanya terdiam ketika bangun dengan mata
sayu seolah-olah masih di antara tidur dan bangun, tetapi ada juga suasana di
saat aku harus banyak merenggangkan otot-ototku layaknya orang dewasa yang
bangun dari tidurku yang teramat melelahkan.





Aku terbilang sangat menyukai air dan mandi dua kali sehari, pagi setiap
pukul 6:30 dan sore pukul 16.30, walau dengan air hangat aku masih selalu
merasa kedinginan dengan kedua tangan yang terus mengepal di saat mandi. Dan
setelah mandi aku dalam diam dan tak bosan-bosannya menatap ibu yang mengeringkan
aku dengan handuk, membersihkan pusarku, melumuriku dengan minyak telon dan baby oil, membedakiku hingga memakaikan
aku pakaian yang bersih dan kemudian menutup acara mandi-mandi dengan menyusu
rasa ASI.





Sejak dalam kandungan, otakku sudah menyimpan memori yang masih terbawa
hingga kini, kadang aku tersenyum, merasa sedih, marah bahkan tertawa dalam
tidur. Hal ini membuat ayah ibuku turut tersenyum yang selalu memperhatikan aku
terlelap dalam tidur. Tangisku sudah dihapal orang tuaku, bisa karena ada
seekor semut yang menyusup di balik bajuku, gigitan nyamuk, kondisi panas
ruangan, pipis atau bab, rasa lapar atau karena butuh perhatian. Dan juga di saat
tertentu aku menangis dan hanya butuh teman untuk bersenda gurau agar aku
diperhatikan. Adalah rasa jumawa kedua orangtuaku bila mereka berhasil
menidurkan aku di saat aku lagi merasa tidak nyaman atau ketika aku sepertinya
mengalami kondisi sulit tidur. Tertidur membuat semua menjadi tenang dan orang tuaku
juga menarik nafas lega.





Aku juga sudah pandai berkomunikasi, bahkan tak bosan-bosannya berbicara
bahasa tarsan dengan kedua orang tuaku, bahkan juga ke oma dan tanteku dari
ayah. Aku suka berbicara dengan mereka yang membuat aku dan mereka sama-sama
tertawa. Pernah di saat aku sedang asyik mengobrol dengan ayahku, suasana
hatiku berubah dan memarahi-marahi ayahku, hingga kemudian ayah membujuk dan
aku kembali tersenyum. Entah apa yang dipikirkan aku saat itu. Di saat aku
berkomunikasi dengan ayah ibuku sudah banyak suara-suara yang aku hasilkan, aku
seolah-olah sudah bisa menyampaikan pendapat dan bertukar cerita walau hanya
suara-suara coletahan dan gumaman saja. (*)




Kupang, 26 Maret 2016


©daonlontar.blogspot.com




Komentar