14 Bulan Usiaku!




Kisahku bulan ini dimulai
dengan bertandang ke kediaman teman ibuku, kebetulan mug yang biasa aku pakai
untuk meminum ketinggalan. Kontan dalam dua hari kemudian aku menjadi rewel
karena tak menemukan mug tersebut, karena benda yang sangat dekat dengan rasa
hausku itu menghilang. Biasanya ketika aku haus, aku akan mencari mug-ku dan
langsung meminumnya. Setelah berumur 1 tahun 2 bulan ini, aku mulai
berlahan-lahan belajar menggunakan gelas, kadang tumpah hingga membanjiri baju
dan celanaku. Caraku lainku unik yaitu meneteskan air dari mug bayi ke mug
dewasa, dan kemudian meminum sedikit tetesan tersebut. Kalau urusan minum
sesekali aku menunjukan bahwa aku menikmati minum air tawar dengan mengecap
bibir berulang-ulang dan juga menunjukkan kelegaan sambil berucap “ahhhhh!”, karena rasa dahaga telah terpenuhi.




Di bulan ini aku
telah kehilangan kucing yang kami sekeluarga memanggilnya Ucil. Kucing betina yang tidak kami pelihara, namun selalu datang
meminta makan dari kami. Kucing yang memberi rasa iba karena kucing tersebut
mengalami luka di hidung yang tak kunjung sembuh dan sepertinya mengakibatkan
kematiannya yang entah jasadnya berada di mana. Kucing pertama yang aku kenal
dan juga kucing pertama yang aku belajar mengusirnya ketika mendekat. Dan juga
di saat bersamaan, kehilangan juga tetangga yang baik hati, bernama Mas Rahmat
bersama isterinya yang sudah pindah, yang selama ini mengisi dunia sosialku
dalam berinteraksi yang sering memberiku dodol.







sedang bermain dengan bayangan di Kantor Gubernur NTT terbaru







merangkak kesana kemari di Gedung Kantor Gubernur yang di softlaunching pada Desember 2016 lalu






efek visual yang seolah aku ingin mengambil pot yang terlihat kecil





Aku juga semakin
semangat dalam bermain, kadang ketika bosan menonton maka aku segera mencari kantong
mainanku dan mulai menghamburkannya. Susunan kertas buram dibawa rak tivi juga
sering aku hamburkan seolah menjadi bagian dari kesenanganku. Suatu kali aku
menghamburkan butiran mutiara untuk kue yang entah begaiaman cara aku
mendapatkannya, dan rupanya aku menikmati suatu yang berserakan. Jam mainku
terbentang dari pagi, siang, sore hingga tengah malam. Kadang mainanku yang
berserakan itu baru dibereskan ibuku pagi harinya, karena beliau kadang tidur
mendahului jam bermainku pada malam hari dan tentunya ayah jadi taruhannya.





Hingga kini memang
ada beberapa hal yang membuat aku menjadi marah ketika keinginanku tidak
terpenuhi. Ada beberapa benda yang sangat dilarang orangtuaku, terutama
benda-benda seperti gelas kaca, botol kaca, pisau hingga benda-benda kecil
lainnya yang berbahaya bagiku, yang kadang aku ingin memainkannya. Keinginan
itu tidak dipenuhii maka aku akan menangis. Ada juga karena aku ingin bermain
di luar ruangan di saat becek karena hujan, sudah pada malam hari atau
menghindari tersentuhnya panasnya knalpot motor, namun dihalangi itu juga akan
membuatku menangis. Ada juga karena aku ingin memakan di piring orangtuaku
makanan yang belum layak aku konsumsi, tidak dipenuhi makan aku juga akan menangis.
Atau juga kadang aku menangis tanpa diketahui sebabnya apa. Dari hal-hal
seperti itu, dapat membuat aku sedikit menjerit, menangis terseduh-sedu,
menangis terisak-isak bahkan hingga menangis sesenggukan. Untuk hal yang terakhir,
dalam budaya ibuku ini menandakan bahwa aku akan menjadi orang yang pendendam,
dan Insya Allah jangan, hanya di masa kecilku saja. Kadangkala berbagai rayuan
belum bisa menghentikan gejolak tangisku, hingga ajakan mengedong yang biasa
dapat menghentikan tangisku aku menolaknya, puncaknya ketika ajakan itu datang
dari ayahku, aku menepisnya dengan cara menutup kedua tangan ayah. Butuh
belaian dan kasih sayang penuh untuk bisa menenangkan aku yang menangis
sedemikian. Bahkan satu kali terdengar oleh orangtuaku aku pernah menangis
sesenggukan dalam tidur.







di depan Kantor Baru Bank Indonesia Kupang







kalau sedang main, sukanya berantakan





Karena ibu memang suka
sekali makanan yang pedas dan hampir semua masakan dibawa racikannya pasti
menyertakan cabe, kecuali kolak. Otomatis aku membawa gen penyuka makanan pedas.
Seperti nasi goreng pedas yang terpaksa aku nikmati tandas juga akhirnya,
mulanya rasa pedis itu membuat aku menangis untuk sepersekian detik, namun
setelah minum aku kembali tertantang, caraku mensiasatinya adalah saat memakan
nasi goreng pedas ditemani mug air yang selalu stand by di sampingku, satu suapan satu tegukan air, berulang-ulang
hingga selesai. Mungkin juga ini efek dari waktu ketika masih dalam kandungan,
aku sudah diberi dosis cukup dari rasa pedas melalui plasentaku dari ibu
seorang itu yang tergila-gila dengan cabe!.





Suatu waktu aku
kedapatan sedang menunjukkan korelasi antara kognitif dan psikomotorik, di mana
aku sedang menikmati makan sendirian di piring dengan mengunakan jemari, makan
sebiji demi sebiji nasi di piring, namun tiba-tiba aku pergi meraih mug air
minum yang letaknya tak jauh. Lalu meneteskan air tetes demi tetes ke sisa nasi
dalam piring dan kemudian memakannya lagi. Seolah ingin melembutkan nasi di
piring agar enak dimakan, entah dari mana ide ini datang.







aku dan Kalila, sepupu dua kali







bergaya casual santai





Salah satu kemajuan
di bulan ini adalah ketika aku sudah di masa pra berjalan, sudah bisa melangkah
dengan sempoyongan hingga tujuh langkah lebih atau kurang. Bahkan sudah ingin
segera keluar rumah dan ingin bermain dengan anak kucing baru, berwarna kuning
yang oleh keluargaku dinamakan Rambo,
kuncing jantan yang terpisah dari induknya dan terbuang dari tuannya datang
dengan kurus dan kini sudah terlihat gemuk dengan perut membuncit. Rambo
memancing aku untuk mengejarnya, namun kadang aku yang malah takut didekati
oleh Rambo. Aku juga sudah bisa melakukan hal dari duduk ke berdiri dan
sebaliknya, tanpa bantuan orangtuaku lagi. Proses awal berjalanku memang tidak
mudah sering dituntun, dibimbing hingga dimotivasi agar aku bisa segera
berjalan dengan baik sendirian tanpa berpegangan lagi.





Di bulan ini, ayah
mulai memberi aku bolpoin dan selembar kertas untuk mulai mengajari aku mencorat-coret,
dan rupanya ini menjadi hal yang mengasiykkan, bahkan bukan hanya media
selembar kertas tetapi juga beranjak hingga di tangan dan kaki ku, tidak sampai
di situ juga kaki hingga paha ayah ibuku juga menjadi media untuk corat coret.
Bekas coretan ini kadang terbawa hingga aku tertidur hingga menyisakan bekas
noda di sprei tempat tidur. Mencoret-coret kali ini merupakan hal baru bagiku,
di bulan-bulan sebelumnya aku sudah dibiasakan dengan melihat buku dan koran,
walau belum punya skill untuk
membaca, tetapi yang dilakukan oleh ayahku adalah ingin aku sepertinya suka
membaca dan menulis di kemudian hari.







coretan pertamaku!





Aku semakin akrab
dengan orangtuaku mulai dari merangkulnya dan ingin digendong dari belakang,
dan juga ingin di manja serta meminta perhatian. Bahkan aku akan lesu ketika kedua
orang tuaku sedang memusatkan perhatian seperti sedang menonton film atau
membuka ponsel. Aku sudah punya kemampuan interaksi yang semakin hari semakin
meningkat, masih dan terus saja rasa keget terhadap sesuatu yang baru dilihat. Berbeda
kala aku sering di ajak ayah dan ibu berkeliling menggunakan kendaraan roda dua,
melihat kondisi kota. Menikmati semilir angin dan melihat semua pernak pernik
kota. Lucunya adalah dalam perjalanan itu aku hanya terdiam dan tak menunjukkan
sedikitpun rasa kaget melihat sesuatu yang belum pernah dilihat.





Kalau urusan
menyusui aku punya gaya yang aneh-aneh, bahkan ingin melakukan rotasi
akrobatik, menyusu sambil bermain, bernyanyi hingga menonton tivi. Aku juga dalam
beberapa hal sudah memahami apa yang dikatakan oleh ibuku, seperti sudah bisa
menunjukan mana hidung dan mata, dan kata perintah daaag bila melepas kepergian orangtuku ke kantor. Kini juga aku
sudah bisa memberikan senyuman yang paling manis, senyuman manis dengan serial
gigi yang berimbang atas dan bawah, dilengkapi dengan hidung yang pesek. Senyum
sumringah ketika semua keadaaan baik-baik saja dan keinginanku dapat terpenuhi
dengan baik. Aku juga sudah senang sekali bermain ciluk ba, namun cara yang orangtuaku pakai adalah seolah ingin
menghentakku dengan sebutan mbaaa!  Satu hal terakhir aku sudah bisa menunjukan
muka jail ketika sedang menganggu kedua orangtuaku!, entah dengan mengigit
bagian punggung, perut atau kaki, merampas kacamata atau mencakar!, ketika aku
menunjukan wajah jail, maka kedua oarngtuaku sudah merubah keadaan dari posisi
waspada ke siaga, hehehe. (*)





Kupang, 26 Maret 2017




@daonlontar.blogspot.com




Komentar